Tuesday, February 12, 2008

Trend Mountain Bike 2008 @ JPG MTB PARK (Feb 17th 2008)


Hadirilah, Tren MTB 2008 di JPG mountain bike park pada tanggal 17 Feb 2008. Membahas tentang line-up frame baru polygon untuk tahun 2008 dan parts shimano yang baru...

Sunday, February 10, 2008

Karya ilmiah saya.... (seluruh data disadur dari internet)(disusun ama gw tapi...heheh)

Bab I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Kebijakan import beras menjadi tanda tanya besar bagi masyarakat Indonesia, sejauh itukah keterpurukan sektor pertanian Indonesia sehingga import beras menjadi keputusan final untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia. Kebimbingan masyarakat Indonesia itupun belum bisa terjawab manakala dari analisis data dari Koordinator Nasional Jaringan Petani Nelayan Indonesia tahun 2006 yang menyebutkan bahwa kebutuhan beras Indonesia saat itu sebanyak 32 juta ton dan masih mempunyai suplus beras 2,7 juta ton. Hal ini membuktikan bahwa Indonesia masih mempunyai cadangan beras, dan tidak masuk akal apabila import beras masih dilakukan. Berdasarkan data tersebut wajar apabila petani kemudian menentang kebijakan untuk impor beras, karena dirasa tidak menyelesaikan masalah pasokan dan harga beras yang tinggi.
Keadaan terpuruknya sektor pertanian yang berdampak pada kehidupan masyarakat Indonesia juga diperparah oleh terus naiknya harga beras di Indonesia. Diperkirakan bulan September 2007 akan terjadi kenaikan harga beras yang dipicu oleh permintaan beras untuk kebutuhan lebaran. Deputi II Bidang Koordinasi Pertanian dan Kelautan Menko Perekonomian Bayu Krisnamurthi pun menguatkan pendapat tersebut bahwa pemerintah memperkirakan harga beras akan cenderung naik.
Harga beras yang cenderung terus meningkat dan kebijakan impor beras sebenarnya suatu kenyataan yang sangat menyakitkan, karena Indonesia sendiri yang berpredikat sebagai negara agraris, ternyata belum mampu untuk berswasembada pangan. Kebijakan impor beras kini menjadi kebijakan andalan, padahal beras merupakan komoditas pangan strategis karena menyangkut kehidupan ekonomi, dan dapat mempengaruhi kondisi sosial serta dapat berimbas pada kehidupan politik.
Adanya hubungan antara beras dengan sektor faktor politik dan keamanan negara mengingat, disebagian besar negara Asia, termasuk Indonesia, beras diperlukan sebagai komoditas upah, dan komoditas politik (political goods) sehingga apabila harga beras tidak stabil dan sulit diperoleh, pemerintah akan menjadi labil. Masyarakat menjadi tidak mempercayai pemerintah dan mengklaim bahwa pemerintah mengabaikan sektor ekonomi masyarakat. Kasus mundurnya kepemimpinan Indonesia tahun 1998 membuktikan bahwa faktor kenaikan harga pangan dapat menyebabkan runtuhnya sistem politik. Harga beras juga dapat menjadi indikasi tingkat strata masyarakat. Setiap kenaikan 10 persen harga beras dapat diartikan pada tambahan dua juta penduduk miskin (Ikhsan, 2000).
Kebijakan impor beras ternyata dipandang bukannya salah satu solusi bagi permasalahan sektor ketahanan pangan di Indonesia, terbukti dengan adanya import beras masyarakat masih dibebani dengan harga beras yang semakin lama semakin meningkat. Berdasarkan dari berbagai permasalahan sektor pertanian timbul sebuah pemikiran bagaimana sebenarnya kebijakan import beras yang ternyata berimbas pada degradasi sektor ketahanan.
Serealia dan umbi-umbian banyak tumbuh di Indonesia. Ini adalah potensi. Produksi serealia terutama beras sebagai bahan pangan pokok dan umbi-umbian cukup tinggi. Seiring dengan bertambahnya penduduk, kebutuhan akan serealia dan umbi-umbian sebagai sumber energi pun terus meningkat. Tanaman dengan kadar karbohidrat tinggi semacam ini pada umumnya tahan terhadap suhu tinggi. Jenis umbi-umbian ini sering dihidangkan dalam bentuk segar, rebusan atau kukusan. Hal ini tergantung dari selera dan kebutuhan.
Kita cukup gembira karena beberapa daerah seperti Kabupaten Ciamis, sekarang ini sedang mengembangkan pangan alternatif dengan harapan masyarakatnya tidak terfokus dalam pemenuhan kebutuhan pangannya dari beras atau nasi. Jenis pangan alternatif yang dikembangkan Ciamis antara lain adalah talas seller, ganyong, dan umbi-umbian lainnya (Pikiran Rakyat, 16/08/03).

BAB II
TINJAUAN TEORI
1.Impor Beras versus Ketahanan Pangan di Indonesia

Beras adalah komoditas strategis, karena merupakan bahan pangan pokok bagi hampir seluruh rakyat Indonesia, selain bernilai ekonomis juga mengandung nilai psikologis, sosial dan politik. Sejak tahun 1994 Indoensia sudah tidak berswasembada beras lagi, karena setelah swasembada beras diraih pada tahun 1984 produksi beras cenderung menurun dan tidak stabil. Produksi beras dalam negeri tidak dapat diandalkan lagi sehingga terpaksa mengimpor beras. Impor beras terus berlanjut dengan volume yang membesar. Dalam tahun 1985-1993 (periode swasembada) impor beras hanya rata-rata 0,16 juta ton/tahun, pada tahun 1994-1997 (perode sebelum skrisis ekonomi) meningkat menjadi rata-rata 1,10 juta ton/tahun dan pada tahun 1998-2000 (periode krisis) meningkat lebih besar lagi menjadi rata-rata 4,65 juta ton/tahun (Supardi, 2004).
Kini Indonesia merupakan negara importir beras terbesar di dunia. Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) mencatat tahun pada tahun 2002 saja Indonesia telah menempati peringkat lima negara pengimpor beras terbesar di dunia yaitu Indonesia, Nigeria, Iran, Filipina, Irak. Prediksi USDA yang terbaru menunjukkan Indonesia masih menjadi pengimpor beras terbesar.
Perekonomian beras sebenarnya secara signifikan merupakan pendukung pesatnya ekonomi Indonesia. Selain sebagai pangan pokok, beras juga dipandang sebagai komoditas stategis dalam perekonomian Indonesia. Dalam konteks perekonomian beras secara garis besar terdapat dua kubu yaitu: kubu pertama, agar pemerintah tidak campur tangan di pasar untuk semua komoditas, termasuk komoditas beras; dan kubu kedua perlunya peran pemerintah. Dalam hal ini khusus untuk komoditi kebutuhan pokok, khususnya beras, pemerintah melakukan pengendalian agar masyarakat tidak menjadi obyek pencari keuntungan (Supardi, 2004).



1. Impor Beras

Dalam situasi perekonomian yang tidak menentu seperti sekarang ini, mengimpor beras bukanlah persoalan yang gampang, selain dampak psikologis karena Indonesia pernah dikenal dunia Internasional sebagai negara yang pernah berswasembada beras, juga disebabkan oleh masalah devisa. Mengimpor beras dari luar luar negeri, pemerintah harus memiliki cadangan devisa yang besar. Cadangan devisa akhirnya menjadi faktor yang menentukan karena untuk mendatangkan beras impor tidak dapat menggunakan rupiah. Merosotnya nila rupiah jelas akan memperburuk posisi daya beli Indonesia tehadap komoditas yang diimpor. Menipisnya cadangan devisa, dan mandegnya produksi beras serta masalah akses terhadap pasar merupakan sebagian dari banyak persoalan yang berpotgensi besar terhadap ketahananpangan ditingkat nasional. Kebijakan impor beras yang berlebihan mengandung sejumlah risiko dalam mempertahankan kemandirian dan kekuatan suatu negara. Pangan dapat dijadikan alat politik untuk menekan suatu negara oleh negara besar atau negara pesaing, misalnya melalui embargo pangan.
Upaya pemenuhan beras yang berasal dari impor pun bukanlah persoalan yang mudah. Hal ini karena volume beras yang diperdagangkan di pasar dunia relatif kecil yaitu sebesar 15 juta ton (Supardi, 2004). Ketersediaan beras sekitar 15 juta ton tersebut sebagian besar sudah memiliki pembeli (negara-negara di Amerika Latin, Afrika, Timur Tengah dan juga Asia), sehingga bila Indonesia masuk ke pasar beras dunia dengan satu sampai dua juta ton akan mengakibatkan goncangan harga beras di pasar dunia.
Kebijakan import beras pun diperparah adanya import illegal beras. Pada periode 2000-2003 misalnya, ditaksir tidak kurang dari 50 persen beras yang masuk ke Indonesia melalui bebagai pelabuhan khususnya Selat Malaka adalah illegal. Akibatnya pola pergerakan harga gabah musiman menjadi tidak menentu, karena kekurangan beras di pos-pos konsumen yang sebagian besar diisi oleh beras impor. Harga gabah tingkat produsen di musim panen raya beberapa tahun lebih tinggi dari musim paceklik. Akibatnya perdangan antar pulau dan antar wilayah tidak bergairah, beras dari sentra produsen terlambat mengalir ke wilayah konsumen, terutama perkotaan.
Petani yang menjadi salah satu komponen pertanian merasa dirugikan, harga gabah jatuh di bawah harga pembelian pemerintah dan berlangsung sepanjang tahun. Penggiling padi tidak berminat membeli di musim panen, menyimpan dan menggiling untuk diperdagangkan pada musim paceklik yang biasanya harga beras akan tinggi. Resiko perdagangan beras menjadi tinggi dan tidak menentu. Bulog tentu kewalahan untuk mengatasi kejatuhan harga yang sifatnya massal.


2. Ketahanan Pangan
Pemenuhan kebutuhan pangan merupakan hal yang sangat penting untuk diwujudkan baik dari sisi sosial maupun moral. Sesuai dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan, Ketahanan Pangan terwujud apabila seluruh penduduk mempunyai akses fisik dan ekonomi terhadap pangan untuk memenuhi kecukupan nutrisi sesuai kebutuhannya agar dapat menjalani kehidupan, itu berarti ketahanan panagn diartikan sebagai suatu kondisi terpenuhinya pangan yang cukup dalam jumlah maupun mutunya, merata dan terjangkau oleh daya beli masyarakat.
Ketahanan pangan merupakan salah satu isu strategis dalam konteks pembangunan negara sebagai negara berkembang, karena memiliki fungsi ganda yaitu: (a) salah satu sasaran utama pembangunan, dan (b) salah satu instrumen utama pembangunan ekonomi (simatupang, 1999). Fungsi pertama merupakan fungsi ketahanan pangan sebagai prasyarat untuk terjaminnya akses pangan bagi semua penduduk. Akses terhadap pangan dalam jumlah yang memadai merupakan hak azasi manusia yang harus selalu dijamin oleh negara bersama masyarakat. Fungsi kedua, merupakan implikasi dari fungsi ketahanan pangan sebagai syarat keharusan dalam pembangunan sumberdaya manusia yang kreatif dan produktif dan sebagai determinan penting dalam mendukung lingkungan perekonomian yang stabil dan kondusif bagi pembangunan nasional. Sasaran ketahanan pangan dapat dibangun dengan mengacu kepada potensi sumberdaya alam, pengembangan komoditas unggulan daerah dan dukungan institusi perdagangan untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas dan mampu menjamin keberlanjutan pembangunan ekonomi.
B. Umbi-Umbian Sebagai Alternatif Makanan Pokok di Indonesia
1.Umbian-Umbian yang dapat dikonsumsi
Kita semua tahu bahwa negara ini sedang mengalami krisis bahan pangan pokok, apalagi kalau bukan nasi (beras yang telah matang). Secara fakta, hampir seluruh penduduk dunia mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok, tak terkecuali di Indonesia. Sebenarnya tiap daerah di Indonesia memiliki makanan pokok yang khas, sayangnya seperti kita tahu… beraslah yang paling diunggulkan. Nah hal ini berakibat sangat fatal pada masa krisis seperti sekarang, padahal jika ditelaah kembali makanan pokok bangsa ini tak hanya nasi. Jagung, sagu, singkong, ubi jalar, dan kentang mempunyai kandungan gizi yang sama seperti (bahkan lebih baik daripada) nasi. Tak hanya itu, talas dan pisang pun tak kalah lezatnya bila kita pandai mengolahnya. Apalagi jika ditambah makanan penyerta dan pelengkap yang pas, hidangan tersebut tak kalah enak atau mungkin juga mengalahkan popularitas nasi.
Adapun umbi yang dapat dikonsumsi adalah:
Jagung
Di beberapa daerah seperti Sulawesi, Pulau Jawa, dan Madura. Jagung yang dikonsumsi sebagai makan pokok umumnya jagung putih atau kuning, tetapi bukan jagung manis. Jagung yang masih agak muda dan segar direbus atau dibakar, sedangkan yang telah tua dan kering ditumbuk kasar untuk diolah menjadi nasi jagung. Nasi jagung bisa dibuat dari beras jagung atau tepung jagung kasar.
Beras jagung siap olah umumnya banyak dijual di pasar tradisional, berbentuk butiran-butiran kecil seperti beras pecah. Cara pengolahannya dapat langsung dimasak sendiri atau dicampur dengan beras putih biasa.
Singkong ( Ubi Kayu )
Sebagai makanan pokok, singkong biasa dijemur hingga kering ( dinamakan gaplek ). Setelah itu ditumbuk halus hingga menjadi tepung lalu siap dimasak menjadi ‘nasi’ yang disebut tiwul. Gaplek yang dijemur begitu saja di udara terbuka hingga berjamur dan berwarna kehitaman disebut gatot / gambleh. Gambleh tersebut cukup unik dalam pengolahannya, hanya dipotong-potong, dicuci, lalu dikukus hingga matang. Penghidangannya disajikan dengan taburan kelapa parut sebagai sarapan pagi.
Ubi Jalar
Makanan pokok ini dimakan dengan cara dikukus / direbus dan disajikan dengan lauk daging dan sayuran oleh penduduk Pulau Nias dan Papua. Ubi jalar sendiri ada yang berwarna kuning, putih, abu-abu bahkan keunguan. Rasanya ada yang manis-legit dan ada pula yang gurih. Sebagai makanan pokok, ubi harus dimakan dengan porsi lebih banyak, karena kandungan karbohidratnya lebih rendah dibandingkan nasi ( lihat tabel ). Ini merupakan berita baik bagi orang yang menjalani diet rendah kalori, mengkonsumsi ubi bisa menjadi pilihan.
Kentang
Di negara-negara barat, kentang biasa digunakan sebagai makanan pokok. Di Indonesia sendiri, kentang mulai populer ketika era booming restoran cepat saji dimulai pada tahun 90-an. Proses pemasakan kentang dilakukan dengan cara direbus atau digoreng. Selain itu kentang dapat pula dikukus atau dipanggang beserta kulitnya. Ada juga yang membungkusnya terlebih dahulu dengan kertas alumunium ( alumunium foil ) baru setelah itu dipanggang untuk kemudian dihidangkan bersama salad, steak dan jenis makanan lainnya baik dingin maupun panas.
Sagu
Sagu banyak terdapat di bagian timur Indonesia, khususnya di Maluku dan papua. Dalam pembuatannya, sagu diperoleh dari batang pohon sagu yang masih sejenis dengan pohon kelapa. Pohon sagu yang telah ditebang lalu dihancurkan dengan cara dipukul-pukul, lalu diperciki air dan diperas baru diambil patinya. DI maluku sendiri, sagu dijual dalam bentuk tepung segar, tepung sagu kering, atau dipadatkan dalam bentuk kotak. Selain digunakan sebagai makanan pokok, sagu ( yang berbentuk tepung ) sering digunakan untuk membuat jenis penganan ringan ( jenis kue-kue basah ).
Talas
Jenis tanaman umbi-umbian ini sering dijumpai di daerah Jawa Barat, Maluku dan Papua. Jenis talas yang dikenal antara lain : talas bote, talas bogor ( talas bentul ), talas garbu yang umbinya besar, talas lumbu yang daunnya enak untuk disayur dan tidak gatal, talas kimpul yang umbinya agak gatal tetapi enak dimakan, dan talas sente yang gatal dan tidak lazim dimakan. Yang mengakibatkan rasa gatal ketika mengkonsumsi talas adalah kandungan getahnya ( berberin ), namun getah itu akan hilang dalam proses pemasakan. Sebagai makanan utama, talas terlebih dulu direbus lalu dimakan utuh atau ditumbuk dahulu untuk dibuat tetal, dan kemudian disajikan dengan lauk dan sayuran. Talas pun juga dapat dibuat sebagai camilan.
Pisang
Pisang yang digunakan sebagai makanan pokok terdiri dari pisang tanduk, pisang kepok kuning, dan pisang kepok putih. Di Kalimantan dan Sulawesi pisang digunakan sebagai makanan pokok, yang biasa digunakan adalah pisang mentah tua dan rasanya tawar / netral
1.Kadar Gizi Pada Umbi-umbian

Gizi berasal dari bahasa arab: “al gizai” yang artinya makanan dan manfaatnya untuk kesehatan. Dapat juga diartikan sari makanan yang bermanfaat untuk kesehatan.Manusia dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya, dimulai dari saatpembuahan, berlangsung sepanjang masa hidupnya hingga dewasa sampai masatua, memerlukan zat gizi yang terkandung dalam makanan. Jadi manusia mendapatzat gizi atau nutrien dalam bentuk makanan yang berasak dari hewan (hewani) dantumbuh-tumbuhan (nabati). Zat gizi tersebut adalah karbohidrat, protein dan lemakyang disebut sebagai zat gizi makro serta vitamin dan mineral yang disebut denganzat gizi mikro. Selain itu, untuk memperlancar proses metabolisme dalam tubuhdiperlukan air dan serat. Tubuh manusia membutuhkan aneka ragam makanan untukmemenuhi semua zat gizi tersebut. Kekurangan atau kelebihan salah satu unsur zatgizi akan menyebabkan kelainan atau penyakit. Oleh karena itu, perlu diterapkankebiasaan makanan yang seimbang sejak usia dini dengan jumlah yang sesuaikebutuhan masing-masing individu agar tercapai kondisi kesehatan yang prima.
Hidangan “gizi seimbang” adalah makanan yang mengandung zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur. Zat tenaga atau kalori diperlukan untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang sebagian besar dibutuhkan dari bahan makanan sumber karbohidrat dan lemak serta sedikit protein. Zat pembangun atau protein ini pentinguntuk pertumbuhan dan mengganti sel-sel rusak yang didapatkan dari bahan
makanan hewani atau tumbuh-tumbuhan (nabati). Bahan makanan sumber zattenaga dari karbohidrat, antara lain: beras, jagung, gandum, ubi jalar, kentang,sagu, roti, mie, pasta` makaroni dan tepung-tepungan disamping gula murni, baik sukrosa, glukosa atau laktosa
1.Keunggulan Umbi-Umbian
Umbi-umbian yang banyak tumbuh di lahan kering ternyata banyak mempunyai berbagai keunggulan, yaitu,: 1) mempunyai kandungan karbohidrat yang tinggi sebagai sumber tenaga, 2) daun ubi kayu dan ubi jalar kaya akan vitamin A dan sumber protein penting, 3) menghasilkan energi yang lebih banyak per hektare dibandingkan beras dan gandum, 4) dapat tumbuh di daerah marjinal di mana tanaman lain tidak bisa tumbuh, 5) sebagai sumber pendapatan petani karena bisa dijual sewaktu-waktu, dan 6) dapat disimpan dalam bentuk tepung dan pati.
Sumber daya hayati umbi-umbian yang beraneka ragam jenisnya di Tanah Air ini belumlah dimanfaatkan secara optimal untuk memenuhi kecukupan pangan, khususnya sebagai sumber karbohidrat. Potensi dari komoditas tersebut belum didukung dengan data yang baik kecuali ubi kayu, ubi jalar dan kentang.
BAB III
Umbi-Umbian Sebagai Alternatif Meningkatkan Ketahanan Pangan
Ketahanan pangan mensyaratkan ketersediaan pangan yang cukup bagi seluruh penduduk dan kemampuan setiap rumah tangga memperoleh pangan yang cukup dari hari ke hari. Ketersediaan pangan yang cukup di tingkat wilayah belum menjamin kecukupan pangan di tingkat rumah tangga. Oleh sebab itu kelancaran distribusi pangan sampai wilayah permukiman serta daya jangkau fisik dan ekonomi rumah tangga terhadap pangan merupakan dua hal adalah yang sama pentingnya.
Bagi sekitar 55,6 persen penduduk Indonesia yang bermukim di pedesaan, sebagian besar kebutuhan pangannya dipenuhi dari produksi setempat. Gangguan terhadap kelancaran produksi akan berpotensi memicu kekurangan pangan. Kalaupun kekurangan pangan dapat dipenuhi dari daerah lain, belum tentu masyarakat mampu menjangkaunya mengingat kegagalan produksi berdampak pada penurunan pendapatan.
Pada daerah-daerah tertentu dengan sumber daya alam yang miskin, kerentanan produksi pangan terhadap tekanan iklim seperti kekeringan semakin tinggi. Tekanan yang diakibatkan dari pertambahan penduduk semakin kondusif bagi penurunan kualitas sumber daya alam dan peningkatan kemiskinan. Tanpa upaya-upaya untuk mengoptimalkan kemampuan produksi pangan maka, ketahanan pangan masyarakat di daerah tersebut akan cenderung melemah.
Kemiskinan hampir selalu bersamaan dengan ketidaktahanan pangan. Pada tahun 1999 jumlah penduduk miskin mencapai 48,4 juta jiwa dan 67,6 persen tinggal di pedesaan. Kelompok masyarakat inilah yang rentan terhadap masalah kekurangan pangan pada saat terjadi kekeringan, karena umumnya mereka berhadapan dengan daerah yang memiliki kesuburan rendah/marjinal. Pada saat produksi tanaman pangan utama terhenti, masyarakat daerah marjinal ini pada umumnya mengatasi kelangkaan pangan dengan memanfaatkan umbi-umbian seperti ubi kayu, ubi jalar, talas dan lain-lainnya sebagai sumber karbohidrat dalam pola konsumsi makanan sehari-harinya. Berita rawan pangan makin kerap datang dari berbagai penjuru tanah air memang selalu dikaitkan dengan rendahnya daya beli masyarakat terhadap beras. Ini dapat dipahami sebab selama ini beras menempati posisi sentral sebagai makanan pokok masyarakat Indonesia.
Pemerintah pun mengkondisikan demikian, dengan menggelar politik beras murah sejak Indonesia merdeka 57 tahun lalu. Apa pun dilakukan guna pengadaan beras murah, termasuk impor. Tahun 2001 saja impor beras mencapai 2,75 juta ton.
Besarnya angka impor beras ini tak lepas dari anggapan jika ada masyarakat yang mengkonsumsi gadung, singkong, tiwul, sagu atau jagung berarti masuk kategori miskin, prasejahtera dan terbelakang. Ini membuat orang kebanyakan semakin enggan dan malu mengkonsumsi sumber karbohidrat selain beras.
DALAM 10-15 tahun mendatang, Indonesia diperkirakan akan mengalami kerawanan pangan jika konsumsi masyarakat hanya bergantung pada beras semata. Oleh karenanya perlu upaya serius mendiversifikasi pangan seiring dengan membengkaknya jumlah penduduk dan menciutnya lahan pertanian.
Diversifikasi (penganekaragaman) pangan merupakan salah satu langkah pemantapan ketahanan pangan yang telah diprogramkan Departemen Pertanian. Langkah ini merupakan pewujudan dari pelaksanaan Peraturan Pemerintah RI No. 68/2002 tentang Ketahanan Pangan.
Peranan ketahanan pangan sangat penting dalam rangka pembangunan nasional untuk membentuk manusia Indonesia yang berkualitas, mandiri, dan sejahtera. Upaya pemantapan tersebut ditempuh melalui perwujudan ketersediaan pangan yang cukup, aman, bermutu, bergizi dan beragam, serta tersebar merata di seluruh wilayah Indonesia dan terjangkau oleh daya beli masyarakat (Pikiran Rakyat, 3/11/03).
Tentunya hal itu harus pula didukung dengan penganekaragaman pangan. Usaha penganekaragaman pangan sangat penting artinya sebagai usaha untuk mengatasi masalah ketergantungan pada satu bahan pangan pokok saja. Misalnya dengan mengolah serealia dan umbi-umbian menjadi berbagai bentuk awetan yang memiliki rasa khas dan tahan lama disimpan. Bentuk olahan tersebut berupa tepung, gaplek, tapai, keripik dan lainnya. Hal ini sesuai dengan program pemerintah khususnya dalam mengatasi masalah kebutuhan bahan pangan, terutama nonberas.
Sesungguhnya upaya menganekaragamkan pangan sudah pernah dicoba dengan berbagai kebijakan. Pada Zaman Orde Baru misalnya, pemerintah pernah memopulerkan makanan tiwul sebagai pengganti beras. Akan tetapi, sayangnya kebijakan semacam itu tidak diikuti dengan kebijakan pertanian tanaman pangan yang mendorong produksi pangan nonberas. Akibatnya, ketersediaan bahan pangan nonberas tetap terkendala.
Penganekaragaman pangan antara lain melalui pengembangan tiwul instan merupakan
alternatif yang paling rasional untuk memecahkan permasalahan kebutuhan pangan (khususnya karbohidrat). Penataan pola makan yang tidak tergantung pada satu sumber pangan (beras), memungkinkan tumbuhnya ketahanan pangan keluarga yang pada akhirnya dapat meningkatkan ketahanan pangan nasional.







BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam pembahasan maka penulis dapat menyimpulkan
1.Umbi-umbian sebagai bahan pangan alternatif sumber karbohidrat, dapat disajikan dalam menu sehari-hari, asalkan diperkaya dengan pangan sumber protein yang tinggi.
2.Upaya-upaya untuk mendorong peningkatan pemanfaatan umbi-umbian spesifik daerah, melalui:
Peningkatan produktivitas dengan varietas unggul.
Peningkatan kualitas dengan menggunakan varietas yang mempunyai kandungan zat gizi yang tinggi.
Pengembangan teknologi penanganan dan penyimpanan yang tepat guna, sehingga tidak banyak yang rusak atau busuk serta tahan lama.
Pengayaan teknologi pengolahan yang dapat meningkatkan citra dan nilai tambah umbi-umbian agar lebih bergengsi.
Saran
Tantangan yang dihadapi dalam pengembangan umbi-umbian adalah produk-produknya yang hingga saat ini cenderung konvensional, dengan kemampuan dan nilai gizi yang kurang menarik. Hal ini menyebabkan relatif rendahnya ketertarikan masyarakat untuk memanfaatkannya sebagai sumber karbohidrat substitusi terhadap beras. Untuk meningkatkan nilai tambah dari produk umbi-umbian ini agar bisa sejajar dengan pangan lain, perlu adanya sentuhan teknologi, sehingga menarik untuk disajikan, serta enak,dan ekonomis.

Wednesday, February 6, 2008

Blog di UPDaTE Lagi!!

Wah, setelah postingan terakhir gw bertanggal pada 20 oktober 2007, akhirnya gw kembali akan mencoba mencurahkan semua ke"sotoy"an gw disini...

tapi, sebelum gw nulis2 lagi, gw mau tampilin lagi postingan2 lama gw..

Tentang mourinho dan chelsea :
http://farismarino.blogspot.com/2007/09/apa-arti-dari-mutual-consent.html
Tentang Sepeda :
http://farismarino.blogspot.com/2007/08/tingkatkan-produktivitas-dengan-b2w.html
Tentang tenis :
http://farismarino.blogspot.com/2007/07/wimbledon-dan-tradisinya.html
Tentang warkop(saduran dari wikipedia) :
http://farismarino.blogspot.com/2007/05/warkop-dki-godfathers-of-humor.html
Tentang Makanan :
http://farismarino.blogspot.com/2007/04/masakan-asoy.html
Tentang Biologi(hahaha) :
http://farismarino.blogspot.com/2007/03/kultur-jaringan.html


dah ini... makasih atas atensi nya...



thanks...

My Blogger Panel 3